Bab I
Studi tentang organisasi
1.
Alat untuk mencapai
tujuan
Organisasi adalah wadah
serta proses kerja sama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal
dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi
bukanlah tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan. Sebagai bagian dari
administrasi, organisasi adalah merupakan wadah dimana kegiatan management
dijalankan. Karena itu tujuan dari organisasi adalah juga merupakan tujuan
management.
Dalam usaha mencapai
tujuan keorganisasian, management memiliki peran agar proses pencapaian tujuan
tersebut dapat berlangsung secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil
guna). Dengan menerapkan prinsip-prinsip management seperti planning,
organizing, actuating, controlling dan lain sebagainya tujuan organisasi dapat
diupayakan untuk dicapai dengan lebih baik.
Management memberi
efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih baik bagi suatu organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan tersebut, management
memanfaatkan sumber daya yang tersedia atau berpotensi.
2.
Definisi perilaku
organisasi
Perilaku
Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya
perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja
(baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku
organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini
adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan
metode-metode dariekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain
yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
3.
Pendekatan Mengenai
Fungsi Organisasi
Teori pertama yg memiliki
berkaitan dengan pendekatan ini adalah teori birokrasi yang diperkenalkan oleh
Max Weber, seorang teoritis terkenal sepanjang zaman. Ia mendefinisikan
organisasi sebagai system suatu aktivitas tertentu yang bertujuan dan
berkesinambungan.
Inti dari teori Weber
mengenai birokrasi adalah konsep mengenai kekuasaan, wewenang, dan litimasi.
Menurut Weber, kekuasaan adlah kemampuan seseorang dalam setiap hubungan social
guna mempengaruhi orang lain. Ia juga mengemukakan adanya tiga jenis kewenangan
(otoritas) yaitu :
·
Kewenangan tradisional
terjadi ketika perintah atasan dirasakan sebagai suatu yg sudah pantas atau
sudah benar menurut ukuran tradisi.
·
Kewenangan birokratik
merupakan bentuk yang paling relevan dalam birokrasi, karena kekuasaan
diperoleh dari aturan-aturan birokrasi yang disepakati oleh seluruh anggota
organisasi.
·
Kewenangan karismatik
merupakan kekuasaan yang diperoleh karena karisma dari kepribadian seseorang
Selain itu, Weber juga
mengemukakan pandangannya mengenai enam prinsip birokrasi yg terdiri dari :
·
Birokrasi didasarkan pada
aturan-aturan yg memungkinkan diseselasikannya suatu persoalan.
·
Birokrasi mengenal
pembagian kerja secara sistematis terhadap tenaga kerja. Setiap tenaga kerja
memiliki hak dan kekuasaan yg terdefinisikan secara jelas.
·
Inti dari birokrasi adalah
adanya penjenjangan (hierarki)
·
Pimpinan diangkat
berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka
·
Birokrasi harus memiliki
kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber yg ada dalam lingkup pengaruhnya
·
Birokrasi mensyaratkan
pengelolaan arsip yg rapi.
Teori lain yg berhubungan
dengan pendekatan struktur dan fundi organisasi adalah teori system. Menurut
Chester Barnard, organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama
antarmanusia, dan bahwa kerjasama adalah sarana dimana kemampuan individu
dipadukan guna mencapai tujuan bersama atau tujuan yg lebih tinggi.
Sementara menurut Daniel
Katzdan Robrt Kahn, sebagai suatu system social organisasi memiliki keunikan di
dalam kebutuhannya guna memelihara berbagai masukan untuk menjaga agar tetap
terkendali. Itu artiny, system memiliki tujuan-tujuan bersama yang mengharuskan
menomor duakan kebutuhan individu-individu.
Bab II
Perilaku individu dan pengaruhnya
terhadap organisasi
1.
Variabel-variabel yang
mempengaruhi perilaku individu
Yaitu factor-faktor kunci
yang ingin dijelaskan atau diperkirakan dan yang terpengaruh sejumlah faktor
lain (suatu respons yang dipengaruhi oleh suatu variabel bebas). Variabel-variabel
dependen tersebut antara lain :
·
Produktivitas,yaitu suatu
ukuran kinerja yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi.
·
Keabsenan (kemangkiran),yaitu
gagal atau tidak melapor untuk bekerja.
·
Pengunduran diri (keluar
masuknya karyawan),yaitu penarikan diri secara sukarela dan tidak sukarela dari
suatu organisasi
·
Kepuasan kerja,yaitu
suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang atau selisih antarabanyaknya
ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang merekayakini
seharusnya mereka terima.
Perilaku
Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku
tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya
terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun
organisasi).Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang
organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang
mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain
yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri.
2.
Teori motivasi dan
prinsip motivasi
Berikut ini adalah
teori-teori motivasi :
·
Teori motivasi abraham
maslow (teori kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan
yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima
tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu
peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada
peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting
a.
Kebutuhan fisiologis
(rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b.
Kebutuhan rasa aman
(merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c.
Kebutuhan akan rasa cinta
dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
d.
Kebutuhan akan
penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
e.
Kebutuhan aktualisasi
diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan
estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
·
Teori Motivasi HERZBERG
(Teori dua faktor).
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik).
a. Faktor higiene memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik).
b. Faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya
adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor
intrinsik).
·
Teori Motivasi DOUGLAS
McGREGOR.
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative)
dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer
:
a.
karyawan secara inheren
tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b.
karyawan tidak menyukai
kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c.
Karyawan akan menghindari
tanggung jawab.
d.
Kebanyakan karyawan
menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan
negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a.
karyawan dapat memandang
kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b.
Orang akan menjalankan
pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c.
Rata rata orang akan
menerima tanggung jawab.
d.
Kemampuan untuk mengambil
keputusan inovatif.
·
Teori Motivasi VROOM
(Teori Harapan ).
Teori dari Vroom (1964)
tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil
dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
a.
Ekspektasi (harapan) keberhasilan
pada suatu tugas
b.
Instrumentalis, yaitu
penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu
tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
c.
Valensi, yaitu respon
terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi
tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah
jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
·
Teori Motivasi
ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi).
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan
bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
a.
Need for achievement
(kebutuhan akan prestasi)
b.
Need for afiliation
(kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
c.
Need for Power (dorongan
untuk mengatur).
·
Teori Motivasi CLAYTON
ALDERFER (Teori “ERG”).
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang
didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori
maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak
atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel
dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
·
Teori Penetapan Tujuan
(goal setting theory).
Edwin Locke mengemukakan
bahwa dalam penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme motivasional yakni :
a.
tujuan-tujuan mengarahkan
perhatian.
b.
tujuan-tujuan mengatur
upaya.
c.
tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi.
d.
tujuan-tujuan menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
·
Teori Penguatan dan
Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di
muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada
kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti
sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Berikut ini adalah
prinsip-prisip motivasi :
Penelitian Kenneth
Gangel, dalam bukunya "Competent to Lead" Motivasi adalah suatu
fenomena psikologis, sehingga kita perlu mengetahui pendapat dari para
psikolog. Mungo Miller, pimpinan Affiliated Psychological Services, mencetuskan
enam prinsip umum motivasi sebagaimana di bawah ini :
a.
Motivasi adalah proses psikologis, atau lebih tepatnya
proses emosional, bukan logis.
b.
Motivasi pada dasarnya adalah proses yang tidak kita sadari.
Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja tampak tidak logis,
namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak wajar dan masuk akal.
c.
Motivasi bersifat individual. Tingkah laku seseorang
bersumber dari dirinya sendiri.
d.
Motivasi tiap orang berbeda, begitu juga setiap individu
bervariasi dari waktu ke waktu.
e.
Motivasi adalah proses sosial. Tak dapat diingkari, bahwa
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari orang lain.
f.
Dalam tindakan sehari-hari, kita dipandu oleh kebiasaan
yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
3. Penerapan motivasi dalam organisasi
Motivasi adalah proses
yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas,
arah, dan ketekunan.Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas
terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas
tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut
dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang
terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.
Pada umumnya para ahli
teori perilaku beropini bahwa dalam setiap perilakunya manusia
mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Keberadaan tujuan tersebut, menjadi
tumpuan sinergi dengan para ahli teori motivasi yang berusaha berfikir dan
mencari cara agar manusia dapat didorong berkontribusi memenuhi kebutuhan dan
keinginan organisasi. Tenaga kerja penting dimotivasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Tanpa motivasi mereka bekerja dalam keadaan sakit
hati yang menjurus pada ketiadaan kontribusi bahkan terbuka peluang
kontribusi yang merugikan. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia
bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta
pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi
dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya.
Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis,
rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak ke
tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap.
Terlepas menerima atau tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui
jenis-jenisnya adalah memberikan kontribusi silang saling memenuhi. Seperti
seseorang berusaha keras mencari pekerjaan yang tidak lain mengimplementasikan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Lantas bagaimana dengan fakta
bayi yang baru dilahirkan adalah bukan langsung makan tetapi dia menangis yang
tidak lain kebutuhan sosial. Juga masih tentang bayi, beberapa penelitian
membuktikan bayi menangis jika ingin disusui oleh ibunya. Yang paling tidak
lucu tampak kejadian banyak perusahaan merekrut tenaga penjualan langsung
dengan syarat memiliki kendaraan beroda empat (Mobil). Secara umum
diketahui Frederick Herbertg berteori dua situasi yang mempengaruhi tenaga
kerja saat bekerja. Situasi pertama,yaitu, pemuasan yang berarti sumber
kepuasan kerja seperti:prestasi, pengukuhan hasil kerja, daya tarik pekerjaan,
dan tanggung jawab serta kemajuan. Situasi kedua tidak lain ketidak puasan yang
bersumber dari: kebijakan, supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar
manusia, dan kondisi kerja. Dalam hal ini, jika situasi pertama tidak ada tidak
menimbulkan ketidak puasan berlebihan. Karena ketidakpuasan muncul dari tidak
memperhatikan situasi kedua. Perhatian terhadap indikator situasi pertama
menjadi motivasi tenaga kerja dalam bekerja. Tampak berbasis teori ini jika
ingin tenaga kerja termotivasi maka mesti memberikan situasi pertama. Kemudian
Mc Gregor terkenal dengan teori X dan teori Y. Teori X memberikan petuah
manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan
menetapkan imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia lebih suka
diawasi daripada bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja,
motivasi utamanya memperoleh uang dan takut sanksi. Sebaliknya teori Y
mengarahkan manajer mesti terbuka dan mendorong inisiatif kompetensi tenaga
kerja. Teori Y berasumsi manusia suka kerja, sebab bekerja tidak lain aktifitas
alami. Pengawasan sendiri bersifat esensial. Dengan demikian, teori X kurang
baik dan teori Y adalah baik. Tidak ..tidak demikian melainkan secara
bijak teori X dan Y digunakan sesuai keadaan. Terkadang mesti egois, dan
terkadang juga demokratis. Intensitas motif seseorang melakukan sesuatu adalah
fungsi nilai setiap hasil yang mungkin dicapai dengan persepsi kegunaannya.
Motivasi sama dengan hasil dikali nilai terus hasil perhitungannya dikalikan
kembali dengan ekspektasi. Akan tetapi hal tersebut, bersyarat manusia
meletakkan nilai kepada sesuatu yang diharapkannya dan mempertimbangkan
keyakinan memberi sumbangan terhadap tujuan. Lantas kemampuan bekerja dan
persepsi yang akurat tentang peranannya dalam organisasi diperlukan. Demikian
itu, merupakan teori motivasi harapan dimana Vroom ialah orang yang
menelurkannya.
Bab III
Perilaku kelompok dan
interpersonal
1. Berbagai perspektif terhadap
kelompok.
Perilaku individu di dalam kelompok merupakan sesuatu
yang lebih dari
sekadar
total jumlah dari setiap tindakan dengan cara mereka sendiri-sendiri.
Kerika
para individu berada dalam kelompok, mereka bertindak berbeda daripada
ketika
mereka sedang sendirian. Bab ini memperkenalkan konsep dasar mengenai
kelompok
dan mendemonstrasikan bagaimana pemahaman tentang kelompok
dapat
membantu menjelaskan tentang fenomena dari perilaku organisasi.
Mendefenisikan dan mengklarifikasikan kelompok :
Kelompok
didefenisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi
dan
saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin
mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informasi.
Kelompok
formal maksudnya jika kita mendefenisikannya sebagai struktur
organisasi,
dengan memberikan penugasan pekerjaan yang membentuk kelompok
tugas
kelompok kerja. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus ditunjukkan
oleh
seseorang ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi. Sebaliknya,
kelompok
informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur atau tidak ditetapkan
secara
organisasional. Dalam lingkungan kerja, kelompok-kelompok semacam ini
terbentuk
secara alamiah sebagai suatu tanggapan terhadap kebutuhan untuk
mengadakan
kontak sosial.
2.
Jenis-jenis
kelompok
Menurut Robert Bierstedt, kelompok
memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi,
hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian
membagi kelompok menjadi 4 macam:
a.
Kelompok statistik, yaitu kelompok
yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan
kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di
sebuah kecamatan.
b.
Kelompok kemasyarakatan, yaitu
kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan
sosial di antara anggotanya.
c.
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang
anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya,
tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan,
kerabat.
d.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok
yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan
sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.
Contoh: Negara, sekolah.
3. Motivasi Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok
diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi
kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya, lalu akan timbul
motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan
akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan
kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik. tetapi kesamaan di
antara anggota – anggotanya. seseorang lebih menyenangi berhubungan dengan
orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. misalnya kesamaan minat,
kepercayaan, hobi, usia dsb. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan
kedudukan masing – masing anggota ( siapa yang menjadi ketua atau anggota ).
Interaksi yang terjadi
suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat
sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota
kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah
terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi. Setelah adanya
interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial. norma terbentuk
dari proses akumulatif interaksi kelompok.
4. Tahap-tahap
pengembangan kelompok.
·
Tahap Pembentukan ( Forming)
Tahap pertama dalam perkembangan kelompok dengan cirri
banyaknya ketidakpastian mengenai: Maksud,struktur,dan kepemimpinan
kelompok.para anggota menguji coba untuk menentukan tipe-tipe perilaku yang
dapat diterima secara baik oleh kelompok.tahap ini terakhir pada saat para
anggota mulai berfikir,bahwa mereka merupakan bagian dari suatu kelompok.
·
Tahap Keributan (Stroming)
Ditandai oleh adanya konflik didalam kelompok.para anggota
menerima secara baik eksistensi kelompok,tetapi melawankendala-kendala yang dikenakan
oleh kelompok terhadap individualitas.lebih lanjut ada konflik mengenai siapa
yang akan mengendalikan kelompok.tahap ini terakhir bila terdapat suatu hirarki
yang relative lebih jelas dari kepemimpinan kelompok.
·
Tahap Penormaan ( Norming)
Ditandai oleh berkembangnya hubungan yang karib,dan kelompok
memperagakan kekohesifannya (kesalingtertarikannya / cohesiveness).ada rasa
yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan.tahap ini selesai
bilastruktur kelompok telah kokoh dan kelompok telah menyerap perangkat
pengharapan dari apa yang didefinisikan oleh perilaku anggota yang benar.
·
Tahap Pelaksanaan / Pengerjaan
(Perfoming)
Ditandai oleh struktur yang telah sepenuhnya berfungsidan
diterima dengan baik.energi kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan
memahami satu sama lain kepelaksanaan tugas di masa mendatang.
·
Tahap Penundaan (Adjourning)
Pada tahap ini kelompok mempersiapkan pembubaran.kinerja
tugas yang tinggi tidak lagi merupakan prioritas puncak kelompok yang berada
pada tahapan ke 5 ini.sebagai gantinya perhatian diarahkan kepada penyelesaian
aktivitas-aktivitas.respon anggota kelompok beraneka ragam,beberapa merasa
puas,bersenang-senang dalam prestasi kelompok,yang lainnya mungking murung
karena akan hilangnya persahabatan yang telah diperoleh selama kehidupan kerja
kelompok.
5.
Ciri-Ciri Kelompok Sosial
Suatu kelompok bisa
disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut ini
:
a.
Terdapat dorongan atau
motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan
terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
b.
Terdapat akibat-akibat
interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan
rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
c.
Adanya penegasan dan
pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari
peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
d.
Adanya peneguhan norma
pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan
anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
e.
Berlangsungnya suatu
kepentingan
f.
Adannya pergerakan yang
dinamika.
6.
Konsep kelompok
Individu sebagai makhluk
sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk
interaksi sosial yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak dapat lepas
dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap
kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.
- Model terpadu dari pembentukan dan pengembangan
kelompok
Pembelajaran terpadu
merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok
bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok
bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum
(DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik
Bab IV
Perilaku antar kelompok
dan manajemen konflik
1.
Dampak konflik terhadap
manajemen.
Konflik dapat berdampak positif dan
negatif, bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik dilakukan secara
efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang
dinampakkan oleh orang yang menghadapi konflik tersebut sebagai sumber daya
manusia potensial dengan berbagai akibat seperti :
a. Dampak konflik positif
·
Meningkatnya ketertiban
dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti conyoh kasus seorang
karyawan, hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas,
masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap
karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas
maupun kualitasnya.
·
Meningkatnya hubungan
kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
Contoh kasus :
Seorang karyawan bagian pemasaran
dan bagian produksi,seorang karyawan bagaian pemasara bertugas memasarkan
produk yg diperoduksi, akibat adanya pemasaran yaitu adanya pemesanan barang
dan seorang karyawan bagaian pemasaran bertugas memenuhi permintaan dari
konsumen
·
Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara
sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat
dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas,
kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
Contoh kasus :
Seorang karyawan bagian
pemasaran dan bagian produksi,seorang karyawan bagaian pemasara bertugas
memasarkan produk yg diperoduksi,cara pemasaranya sekretif dan
menarik mungkin agar banyak yang berminat dengan prokud yang
dipasarkan akibat adanya pemasaran yaitu adanya pemesanan barang
meningkat dan seorang karyawan bagaian pemasaran bertugas memenuhi
permintaan dari konsumen,dengan upaya tersebut meningkatnya prestasi kerja dan
meningkatnya penghasilan perusahan tersebut.
·
Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang
dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini
karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri,
penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier
dan potensi dirinya secara optimal.
b.
Dampak konlik negatif
Dampak negatif
konflik sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam
pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur
dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai
berikut
·
Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan
mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol
berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir
menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal
atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
·
Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku
teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung
jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
·
Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi
dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh
teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres
yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag
ataupun yang lainnya.
·
Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila
memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya
produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan
provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang
lain.
2.
Sumber terjadinya konflik antar kelompok
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal
adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
§
Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
§
Beraneka macam cara yang
berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
§
Banyaknya bentuk
halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan
§
Terdapatnya baik aspek
yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuantujuan yang diinginkan.
Ada tiga macam bentuk
konflik intrapersonal yaitu :
a)
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b)
Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c)
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan
pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b.
Konflik interpersonal
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut.
c.
Konflik antar
individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok
dimana ia berada.
d.
Konflik interorganisasi
Konflik intergrup
merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan konflik ini
meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan
dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus
dimanage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensi disfungsional
dari setiap konflik yang mungkin timbul.
Contoh seperti di bidang
ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk
konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini
berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
- Konsekuensi konflik disfungsional
antar kelompok
Konflik merupakan suatu fenomena kemasyarakatan yang
senantiasa ada dalam kehidupan bersama. Sebenarnya konflik tidak usah
dilenyapkan, akan tetapi perlu dikendalikan konflik akan senantiasa ada di
masyarakat, hal tersebut karena dalam masyarakat itu terdapat otoritas. Hal
tersebut dikandung maksud bahwa apabila di suatu pihak bertambah otoritasnya
maka di lain pihak akan berkurang otoritasnya. Contohnya adanya perbedaan
kepentingan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Konflik dapat
dikendalikan apabila kelompok yang terlibat dalam konflik dapat menyadari
adanya konflik, dan perlu dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan. Di samping
itu juga harus terorganisasi secara baik terutama yang menyangkut semua
kekuatan sosial yang bertentangan. Dalam hal ini, apabila upaya pengendalian
konflik itu tidak dilakukan maka konflik yang tertekan yang tidak tampak di
permukaan, dapat meledak sewaktu-waktu dan merupakan tindakan kekerasan.
Konflik yang tertekan dapat menyebabkan putusnya hubungan, dan apabila
emosionalnya meninggi maka putusnya hubungan tersebut dapat meledak secara
tiba-tiba. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka perlu dibentuk saluran
alternatif sehingga rasa dan sikap pertentangan dapat dikemukakan dengan tidak
merusak solidaritas.
4.
Pengelompokkan konflik antar kelompok
Pengelompokan
konflik ada 5 macam :
·
konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau
·
profesi (konflik peran (role))
·
Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga,
antar gank).
·
Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi
melawan massa).
·
Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
·
Konflik antar atau tidak antar agama